Kebanyakan para orangtua malah tidak mengenali anaknya sendiri, mereka sibuk dengan aktifitas mereka yang MENURUT mereka sudah maksimal membersamai anak. Mereka berfikir hanya dengan memenuhi kebutuhan dasar (makan, pakaian, jajan) anak, itu sudah cukup. Padahal, anak-anak butuh perhatian lebih dari itu, mereka butuh didengarkan, mereka butuh dipahami. Kebanyakan orangtua malah menuntut anak yang harus memahami orangtua, anak yang wajib patuh dengan orangtua, mereka lebih memikirkan betapa susahnya mengurus anak dan memenuhi kebutuhan anak.
Tapi tidak berlaku ke semua orangtua yaaa... apalagi kalau kondisi orangtua sudah mapan dan semua kebutuhan dasar anak sudah terpenuhi dengan mudah.
Nah, kondisi mayoritas orangtua tersebut juga mampir dalam kehidupan i. I hanya sibuk dengan dunia i, i sering fokus pada diri sendiri, i sering berdrama dengan diri sendiri tanpa menyadari sudah melibatkan anak-anak i, i sendiri yang merusak kejiwaan anak-anak i. Seharusnya i merencanakan sebelumnya dan mengonsep peradaban seperti apa yang akan i ciptakan dalam keluarga ini. Anak-anak seperti apa yang akan i bentuk. Ya Rabb, apa i masih ada kesempatan untuk merubahnya?
Sekarang per tanggal 29 juli 2025, i sudah memiliki 3 orang anak. Harusnya i sudah bisa manajemen kehidupan i. Tidak hanya mengurus diri sendiri, tapi 3 anak. I harus berubah. I harus kuat. I harus paksakan diri untuk bertahan dan konsisten dengan kemampuan i. I harus bisa.
I mencoba untuk mengenali anak2 i sementara waktu ini;
Anak pertama, sepertinya suka dipuji, suka hal-hal baru yang menantang dan suka mencari perhatian dan kadang melakukan hal yang negatif seperti merebut mainan adik untuk diperhatikan. Tapi respon dari kami malah memarahi dan membentaknya serta sering mengancamnya.
Uni sering menawarkan bantuan kepada oranglain walaupun tidak diminta dan dibutuhkan, walhasil kerjanya jarang yang dihargai orang dan dimanfaatkan oranglain.
Anak kedua, suka menunda-nunda dan manja, mudah merajuk dan suka teriak marah-marah. Dulu, kami tak pernah marah padanya, tapi sekarang sejak punya bayi ke 3 kami sering marah padanya karena melihat dirinya yang sering berisik dan seperti geram pada adiknya.
Anak pertama dan kedua sering tidak akur, i merasa mereka punya tabir dan membatasi kedekatan hati mereka berdua. Sedih sih melihatnya, karena dari rahim yang sama tapi tidak punya kedekatan hati bersaudara. Anak pertama malah sering memprioritaskan saudara sepupunya yang bekum tentu menghargainya dibanding adik kandungnya sendiri. Semoga Allah mengikat hati anak-anak i dalam persaudaraannya.
Tapi, walaupun anak-anak ini sering i jahatin, mereka selalu mau maafin ii, mereka selalu mau bantu ambilkan minum dikala i sakit, bantu pijat2 i dikala badan sakit dan terasa remuk. Mereka anak baik.
Anak ketiga, karena masih berusia 3 bulan 28 hari jadi belum keliatan bagaimana sifatnya, hanya saja i merasa dia punya kedekatan lebih ke abu nya dibandingkan ke ii. Mau sama i hanya karena mau nenen aja.
Ya sudahlah...
I harus benahi pikiran i.
I harus kuat kuat.
I harus tunjukkan bahwa i bisa.
I harus bisa.
I mau jadi seorang ibu yang baik.
I mau jadi ibu yang disenangi anak-anak.
I harus PUASA EMOSI.
Bismillaah.