Pusing, bukan pada arti sebenarnya. Saya merasakan bahwa
saya butuh penyegaran fikiran agar kembali mendapatkan spirit. Bukan dokter yang saya butuhkan saat pusing dan stress ini melainkan sebuah perjalanan. Sering kali saya begini, entah karena racun backpacker telah bersarang kokoh di
dalam otak ini atau memang karena darah saya selalu bergejolak ketika melihat
satu destinasi yang pada akhirnya menuntun hati saya untuk menciptakan sebuah
niat untuk mendatanginya.
Minggu pagi di awal mei tahun 2014, niat saya tercipta untuk
menjelajahi dua hutan yang berada di kawasan perbukitan di daerah Nagari
Tanjung Sani Kabupaten Agam, kalian tau dimana itu? Search di net aja deh. Daerah yang penuh nuansa adventure dan
something special bagi saya pribadi. Masyarakatnya pun punya bahasa yang
sedikit lucu sehingga saya diam-diam menertawakannya di dalam hati. Awalnya
saya fikir mereka ini sangat mengidolakan boyband coboy junior karena selalu
menggunakan salah satu penggalan syair ketika berbicara, tapi ternyata jauuuuuuuuh
sebelum ada boyband coboy junior ada, mereka sudah menggunakan lafaz tersebut.
Wow, mereka keren deh. "Eeaaa....."
Wait… wait.. dah Out Of Topic ini mah.. dilanjutkan deh
yaaa.. Kenapa harus ke hutan? Yaaa, karena di dalamnya saya akan menemukan area
air terjun yang wonderful bernama Gadih Ranti, satu berada di dekat desa
arikir yang sering disebut sarasah tinggi karena air terjunnya tinggi banget
dan disampingnya ada air yang dengan bangganya menerjuni dinding bukit sehingga
seperti dirancang hebat, subhanallaaah, dan satunya lagi berada tak jauh dari
persawahan warga di desa Dama gadang yang sering disebut sarasah pontong
berbentuk kolam kecil yang sambung menyambung dari yang paling atas mpe ke
bawah, kalau saya tak salah hitung ada 4 tingkatan terjun. Menurut perkiraan analisa
saya, sarasah pontong ini merupakan tempat mandinya si Gadih Ranti dahulu kala,
apa sebab? Karena saya menemukan satu spot yang persis seperti washtub di villa kacang di puncak bogor
yang pernah saya kunjungi maret 2013 lalu bertepatan dengan tanggal kelahiran
saya yang ke 24, wkwkwk… Ndeso banget yak.
Saya yakin nantinya fikiran dan hati saya akan adem ketika
berada di lingkungan air terjun ini, suasananya sejuk dan tentunya sepi dari
pengunjung, nah lo, saya bisa berekspresi apa saja disini tho. Sangat tenang
dan hanya terdengar riak air, suara hewan2 kecil dan desauan angin
membelai-belai helaian dedaunan.
Let's we start the adventure.
ini kali kedua-nya saya kesini, kawan!
Perjalanan bermula dari Lubuk Basung dengan menggunakan motor pinjaman Papa, berdua dengan kak "HW" yang sengaja datang dari padang. Rutenya adalah Lubuk Basung-Simpang Lubuk Sao belok kanan ke arah Arikir. Sampai di Arikir kami menitipkan motor di salah satu rumah warga dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menyeruak rimbunan ilalang yang tlah tumbuh tinggi menutupi jalan setapak menuju Air terjun sarasah tinggi. Sebelumnya I dah pernah kesini dengan beberapa orang teman dari PMI Agam dan jalan setapaknya sudah terbentuk seperti sering dilalui orang, dan bedanya kali ini adalah setelah sekian lama tak kesini, sekarang I berperan sebagai Host, wuiiiiizzz, Lagaknyaaaa... Jalanan yang seperti tlah lama tak dijejaki ini memberikan aroma kengerian tersendiri bagi I (Psssstttt, cuma di simpen dalam hati doank, kalau kak "HW" tau, bisa tengsin cuy, haha). alah seorang pribumi sempat nyeletuk sebelum kami berdua masuk ke selimut ilalang yang rapat "Diak, baduo se kalian pai tu? nak gadih masuak rimbo ha, elok-elok lah.. dimakan jilatang beko" [translete: Dek, apakah kalian hanya pergi berdua saja? Anak gadis masuk hutan, hati-hati ya, jangan sampai dimakan jilatang]. Haha, kami hanya tersenyum kecut mendengar celetukannya dan tentu saja 'cuek', karena kami tak tahu apa itu jilatang, entah semacam hewan ataukah sejenis tumbuhan liar yang bisa memakan korban, yang penting musti berhati-hati dan safety... whatever the happen...lalui ajah.
Syukurlah akhirnya kami bisa menemukan Air terjun "sarasah tinggi" setelah tersesat sebentar dan ragu memutuskan nak melalui jalan yang mana ketika ada persimpangan kecil, tak ada sedikitpun bekas jejak langkah manusia di sekitarnya, but.. terperosok ke semak2 dan melalui pinggiran tebing yang basah tak menjadi persoalan,
Dan masih ada tingkatan di bawahnya lho, setelah itu barulah menjadi awal mengalirnya sungai kecil yang nantinya air ini akan terjun di sarasah tinggi... Keren deh.
Perjalanan berakhir disini kawan, musti segera kembali ke Lubuk Basung karena awan gelap tlah menggantung berat di atas sana, pertanda hujan akan segera mengguyur bumi, bisa bahaya jika tetap berada disini karena debit air di hulu akan meningkat dan bisa menimbulkan insiden yang tidak disangka-sangka. Lagi pula, kak "HW" juga akan melanjutkan perjalanan puang ke Padang.
Nice trip kawan ^_^
Let's we start the adventure.
ini kali kedua-nya saya kesini, kawan!
Perjalanan bermula dari Lubuk Basung dengan menggunakan motor pinjaman Papa, berdua dengan kak "HW" yang sengaja datang dari padang. Rutenya adalah Lubuk Basung-Simpang Lubuk Sao belok kanan ke arah Arikir. Sampai di Arikir kami menitipkan motor di salah satu rumah warga dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menyeruak rimbunan ilalang yang tlah tumbuh tinggi menutupi jalan setapak menuju Air terjun sarasah tinggi. Sebelumnya I dah pernah kesini dengan beberapa orang teman dari PMI Agam dan jalan setapaknya sudah terbentuk seperti sering dilalui orang, dan bedanya kali ini adalah setelah sekian lama tak kesini, sekarang I berperan sebagai Host, wuiiiiizzz, Lagaknyaaaa... Jalanan yang seperti tlah lama tak dijejaki ini memberikan aroma kengerian tersendiri bagi I (Psssstttt, cuma di simpen dalam hati doank, kalau kak "HW" tau, bisa tengsin cuy, haha). alah seorang pribumi sempat nyeletuk sebelum kami berdua masuk ke selimut ilalang yang rapat "Diak, baduo se kalian pai tu? nak gadih masuak rimbo ha, elok-elok lah.. dimakan jilatang beko" [translete: Dek, apakah kalian hanya pergi berdua saja? Anak gadis masuk hutan, hati-hati ya, jangan sampai dimakan jilatang]. Haha, kami hanya tersenyum kecut mendengar celetukannya dan tentu saja 'cuek', karena kami tak tahu apa itu jilatang, entah semacam hewan ataukah sejenis tumbuhan liar yang bisa memakan korban, yang penting musti berhati-hati dan safety... whatever the happen...lalui ajah.
Syukurlah akhirnya kami bisa menemukan Air terjun "sarasah tinggi" setelah tersesat sebentar dan ragu memutuskan nak melalui jalan yang mana ketika ada persimpangan kecil, tak ada sedikitpun bekas jejak langkah manusia di sekitarnya, but.. terperosok ke semak2 dan melalui pinggiran tebing yang basah tak menjadi persoalan,
[Tak ada manusia selain kami disini, So.... Foto Timer aja aahhh, ayeeeei !!!]
Kak "HW" mendapatkan pose terbaiknya di lokasi ini, kereeeeen kak ({})
Puas main air dan mendokumentasikan alam yg indah but menyimpan bermacam aura dingin, licin dan berlumut ini, kami melanjutkan perjalanan ke sarasah yang satu lagi yaitu sarasah pontong
[on the way sarasah pontong]
berikut ini spot yang berada 1 level dari gambar di atas:
Nah, sebagaimana yang saya utarakan di awal tadi, jika bermaksud mengunjungi Sarasah pontong ini, kita musti keluar lagi dari rerimbunan hilalang dari sarasah tinggi menuju jalan utama dan melanjutkan perjalanan dengan motor atau bisa juga dengan hiking (baca: jalan kaki) ke arah atas yaitu Damar Gadang dimana di wilayah ini ada pemukiman warga yang lumayan banyak dibandingkan sarasah tinggi, spotnya pun mudah di akses karena ada jalan setapak seperti gambar di atas. Melalui persawahan yang dipisahkan oleh pematang2 keren seperti berikut:
Di tengah perjalanan, kami bersua dengan sekawanan anak2 yang sedang main di sawah, sepertinya mereka tertarik untuk mengikuti kami menuju sarasah pontong, liat aja keceriaan mereka dan sang "emak" alias kak "HW" dalam menuruni jalan:
Begitu ketemu tempat pemandian gadih ranti, kak "HW" segera cari posisi wuenaaak untuk berpose, Asssiiik.
[Spot paling indah namun mengerikan yang pernah i jumpai, bagaimana tidak? saat mengambil bagian dalam mendokumentasikan sang model bersama lekukan bebatuan, i malah terpeleset dan terjun dari ketinggian ini, mana i tak bisa berenang pula, Andai saja ada CCTV Tuhan, i ingin menyaksikan kejadian ini lagi karena i tak sempat sedetikpun merekam ekspresi jatuhnya sang putri Dt. Parpatiah ke Sarasah Pontong, Whuahahaha]
Dan masih ada tingkatan di bawahnya lho, setelah itu barulah menjadi awal mengalirnya sungai kecil yang nantinya air ini akan terjun di sarasah tinggi... Keren deh.
Perjalanan berakhir disini kawan, musti segera kembali ke Lubuk Basung karena awan gelap tlah menggantung berat di atas sana, pertanda hujan akan segera mengguyur bumi, bisa bahaya jika tetap berada disini karena debit air di hulu akan meningkat dan bisa menimbulkan insiden yang tidak disangka-sangka. Lagi pula, kak "HW" juga akan melanjutkan perjalanan puang ke Padang.
Nice trip kawan ^_^
No comments:
Post a Comment