Monday, February 28, 2022

Smartphone = Stupidhuman

Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika I akan menjalani kehidupan yang seperti sekarang.

Idealnya, hidup itu memiliki TUJUAN yang mengarahkan langkah kesana. Namun, terkadang ditengah perjalanan ada persimpangan yang kadang membuat bingung karena peta yang tidak akurat apalagi jika tidak memiliki ilmu navigasi yang cukup mumpuni, biasanya i hanya mengandalkan intuisi untuk memilih jalan mana yang benar dan tidak selamanya intuisi ini benar karna sering menyesatkan diri sendiri. sehingga akibat tersesat, i bisa tau jalan yang baru untuk menemukan jalan kembali, mengingat lebih jelas kearah mana jalan yang dilalui. 

Kadang i juga terlena dalam kesesatan sehingga membuang buang masa untuk melanjutkan perjalanan menuju tujuan bahkan harus berhenti cukup lama karena cuaca yang tiba-tiba memburuk.

Bertanya kepada oranglain untuk memastikan menuju jalan yang benar adalah option terakhir dari diri ini, karena jika disepanjang jalan masih ada petunjuk maka akan i ikuti petunjuk tersebut bahkan tersesat bisa meringkas jalan menuju tujuan, tersesat yang berfaedah bukan? Betapa angkuhnya hati ini. Astaghfirullaah.

Isnin, 08.51 am
Seperti sekarang, i mungkin dalam kondisi tersesat, saat harus berperan menjadi seorang induak yang wajib mengurus, merawat, mengasuh, mendidik, memenuhi semua kebutuhan 2 perempuan kecil yang diamanahkan Sang Khaliq. 

Mereka adalah manusia tho? Mereka ini makhluq bernyawa kan? Mereka ini sama seperti ii kan? Yaaa, mereka masih lemah tak berdaya, mereka butuh bimbingan bukan larangan2, mereka butuh senyuman dan pelukan hangat bukan pekikan dengan mata melotot dan tajam, mereka butuh diberi makanan sehat bukan jajanan pemuas hati, mereka butuh dibersihkan setiap hari agar menjadi manusia yang sehat, mereka butuh induak untuk tempat mengadu dan merengek. Mereka butuh untuk dibersamai setiap saat, Karena mereka belum bisa melakukan perjalanan sendiri.

Sekitar lebih dari dua pekan belakangan ini i merasakan perubahan karakter pada anak perempuan pertama, di usianya yang masih 3 tahun 9 bulan saja dirinya sudah kecanduan smartphone yang sangat mempengaruhi jiwa dan emosinya, lebih cenderung temperamen dan uncontroll. Jika tidak mendapatkan keinginannya, maka suaranya mulai bernada bentakan, kuku tangannya yang belum sempat terpotong mendarat mulus mencengkeram kulit pergelangan tangan kiri i, sakit... Yaaa.. perih pula, karna ada sedikit kulit yang terkelupas, pada saat diabaikan maka tak disangka pula dia berani menarik paksa rambut induaknya ini serta merta ditendangnya pinggang yang sedang merayu untuk diluruskan. Seperti di sinetron sinetron bukan? Tapi inilah yang i hadapi, Semua terjadi bertepatan pula dengan asam lambung yang konon katanya sedang kambuh. Klop sudah rasanya. Ngeri ngeri sedap. Dan i yakin masih banyak diluar sana para induak yang merasakan bahkan lebih parah dari yang i alami. 

Ini bukan 100% kesalahannya. Induaknya ini lah yang bersalah, kenapa memberikan kesempatan untuknya memegang kendali smartphone. 

"Banyak orangtua yang memarahi dan memukul anaknya karena Smartphone nya rusak karena kelalaian si anak, namun jarang ditemui orangtua yang memukul smartphone nya sendiri karena telah merusak anaknya"

Hari ini i putuskan untuk berusaha kembali ke jalan yang benar, membenahi diri i sendiri, berdamai dengan diri sendiri, semoga Allah membersamai dalam setiap langkah menuju akhir perjalanan ini, semoga selama masih terucap lafazh "اهدنالصراط المستقيم" dalam setiap raka'at shalat, Allah berikan hidayah petunjuk kepada i untuk tidak tersesat terlalu lama. I yakin dirinya masih bisa dikembalikan ke fitrahnya, tanpa smartphone yang merusak waktu, jiwa, akhlaq, adab dan kebersamaan keluarga ini.
*****

No comments:

Post a Comment